News

Modus Pencurian Kabel SPKLU: Biaya Perbaikan Bisa 50 Kali Lipat dari Nilai Tembaga Curian!

Modus Pencurian Kabel SPKLU: Biaya Perbaikan Bisa 50 Kali Lipat dari Nilai Tembaga Curian!
Modus Pencurian Kabel SPKLU: Biaya Perbaikan Bisa 50 Kali Lipat dari Nilai Tembaga Curian!

BIKERSEXPERT.COM – Di tengah semangat global untuk beralih ke mobilitas listrik, muncul ancaman baru yang serius yaitu terjadinya modus pencurian kabel SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang kian merajalela.

Yang membuat masalah ini semakin pelik adalah ketimpangan ekstrem antara nilai tembaga yang dicuri dengan biaya perbaikan yang harus ditanggung oleh operator.

Bayangkan saja, biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan satu unit stasiun pengisian bisa mencapai 50 kali lipat dari nilai tembaga hasil curian itu sendiri.

Hal ini bukan sekadar vandalisme biasa, melainkan ancaman nyata bagi keberlangsungan dan pengembangan infrastruktur kendaraan listrik (EV) global.

Kerugian finansial yang masif dan gangguan operasional menjadi dampak pencurian infrastruktur EV yang tidak bisa diabaikan.

Perayaan 17 Agustus 2025 di Sirkuit Mandalika Dilakukan dengan Penuh Semangat

Modus Pencurian Kabel SPKLU dan Skala Kerusakan SPKLU Global

Modus pencurian kabel SPKLU ini pada praktiknya cukup sederhana namun dampaknya bisa besar.

Para pelaku kejahatan menargetkan pada kabel pengisian daya di stasiun-stasiun SPKLU, lalu mereka akan mengambil tembaga yang ada di dalam SPKLU tersebut.

Logam tembaga menjadi incaran para pelaku karena harganya yang tinggi di pasar gelap, hal tersebut didorong oleh peningkatan permintaan global dan ketegangan geopolitik yang memengaruhi pasokan dari tembaga ini.

Sayangnya, tindakan ini seringkali dilakukan dengan merusak komponen lain, meninggalkan stasiun pengisian daya dalam kondisi tidak dapat berfungsi lagi seperti semula.

Skala kerusakan SPKLU akibat pencurian ini sudah mengkhawatirkan di berbagai negara.

Vinales Mundur di MotoGP Austria 2025 Setelah Dinyatakan Tidak Sehat

Di Inggris misalnya, jaringan fast-charging besar seperti InstaVolt telah melaporkan lebih dari 700 stasiun pengisian daya mereka dirusak.

Ironisnya, nilai tembaga yang berhasil dicuri dari setiap kabel hanya berkisar antara £20 hingga £25 atau sekitar Rp400.000 hingga Rp500.000 saja.

Namun, biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan dari satu stasiun pengisian daya yang rusak ini dapat mencapai angka yang fantastis yakni sekitar £1.000 atau sekitar Rp19 juta.

Ini berarti biaya perbaikan bisa mencapai 50 kali lipat lebih tinggi dari keuntungan yang didapatkan oleh pelaku.

Di Amerika Serikat, masalah serupa juga menimpa jaringan Tesla Supercharger di beberapa wilayah seperti Bay Area, Houston dan Fresno, serta stasiun pengisian Level 2 dan DC Fast Charging lainnya.

Insiden Motor Jack Miller Berasap, Pembalap KTM Dihukum karena Pelanggaran Aturan di MotoGP Austria 2025

Fenomena pencurian tembaga ini bukan hal yang baru, sebelumnya juga telah menimpa infrastruktur lain seperti layanan kereta api (Eurostar), wind farms dan lokasi konstruksi, namun kini merambah ke sektor EV yang krusial.

Dampak Pencurian Infrastruktur EV dan Upaya Peningkatan Keamanan Stasiun Pengisian

Dampak pencurian infrastruktur EV ini sangat luas dan merugikan berbagai pihak.

Pertama, pengendara kendaraan listrik akan kesulitan mencari stasiun pengisian yang berfungsi, menyebabkan ketidaknyamanan dan kecemasan akan jarak tempuh (range anxiety).

Kedua, operator SPKLU menanggung kerugian finansial yang sangat besar akibat biaya perbaikan dan hilangnya pendapatan selama stasiun tidak beroperasi.

Kerugian ini pada akhirnya bisa diteruskan kepada konsumen dalam bentuk tarif pengisian yang lebih tinggi atau justru memperlambat laju pembangunan dan perluasan jaringan SPKLU baru.

Ini jelas menghambat target penggunaan kendaraan listrik secara keseluruhan.

Selain itu, tindakan pencurian ini juga menciptakan persepsi negatif di mata publik terhadap keandalan infrastruktur EV.

Ada pula risiko keselamatan yang sangat tinggi bagi para pencuri sendiri, mengingat kabel yang mereka potong mungkin masih dialiri listrik bertegangan tinggi yang mematikan.

Untuk mengatasi tantangan ini, upaya peningkatan keamanan stasiun pengisian menjadi prioritas.

Operator seperti InstaVolt telah mulai menerapkan berbagai langkah proaktif.

Langkah tersebut diantaranya yaitu penggunaan “pelindung kabel” yang diperkuat Kevlar untuk membuat kabel lebih sulit dipotong, serta integrasi teknologi SmartWater forensik yang dapat melacak asal usul tembaga curian.

Pemasangan pelacak GPS pada komponen penting dan pengerahan petugas keamanan juga menjadi bagian dari perlindungan stasiun pengisian daya ini.

Selain itu, ada dorongan kuat agar pengisi daya EV diklasifikasikan sebagai infrastruktur vital, yang akan memungkinkan penegak hukum memberikan perhatian dan perlindungan lebih serius.

Kolaborasi antara operator, penegak hukum dan pemerintah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pertumbuhan kendaraan listrik.