News

Soal Peraturan Baru Tekanan Ban MotoGP 2025 Akhirnya Marquez Buka Suara

Soal Peraturan Baru Tekanan Ban MotoGP 2025 Akhirnya Marquez Buka Suara
Soal Peraturan Baru Tekanan Ban MotoGP 2025 Akhirnya Marquez Buka Suara

BIKERSEXPERT.COM – Dunia balap motor kembali dihebohkan oleh kontroversi MotoGP yang tak berkesudahan, kali ini berpusat pada peraturan baru tekanan ban MotoGP.

Pembalap top, Marc Marquez, akhirnya buka suara dengan memberikan pernyataan yang sangat detail.

Marc Marquez, yang kini sedang membela tim Ducati Lenovo dan merupakan pemuncak klasemen sementara pada musim balap 2025, menegaskan bahwa Ia sepenuhnya mendukung keberadaan aturan tekanan ban karena alasan keselamatan.

Namun, Ia meyakini bahwa hukuman yang dijatuhkan untuk pelanggaran tersebut saat ini terlalu berlebihan dan tidak sebanding dengan pelanggarannya.

Opini Marc Marquez ini bukan sekadar keluhan, melainkan didasari oleh pengalaman nyatanya di lintasan balap.

Perayaan 17 Agustus 2025 di Sirkuit Mandalika Dilakukan dengan Penuh Semangat

Penerapan penalti tekanan ban MotoGP memang telah mengubah dinamika balapan dan menimbulkan masalah ban MotoGP yang serius bagi banyak pembalap, termasuk Marquez sendiri.

Peraturan ini, yang diinisiasi oleh Michelin untuk mencegah penggunaan tekanan ban yang terlalu rendah dan berbahaya, mengharuskan pembalap untuk menjaga tekanan ban depan agar tetap di atas batas minimum untuk setidaknya 30% dari total putaran dalam Sprint Race dan 60% untuk Grand Prix.

Tujuannya adalah untuk keselamatan, terutama mencegah risiko kerusakan ban yang bisa berakibat fatal, tetapi cara penerapannya justru menciptakan tantangan besar di lapangan.

Peraturan Baru Tekanan Ban MotoGP Diperlukan Strategi Unik dan Dampak Nyata di Lintasan

Marquez menceritakan bagaimana Ia dan timnya harus mencari strategi unik untuk mengatasi aturan ini.

Salah satu contoh paling mencolok terjadi pada Sprint Race di Brno lalu.

Vinales Mundur di MotoGP Austria 2025 Setelah Dinyatakan Tidak Sehat

Saat memimpin balapan, Ia menerima peringatan dari dasbor motornya bahwa Ia terancam gagal memenuhi persentase minimum putaran dengan tekanan ban yang ideal.

Marquez mengambil keputusan berani yakni Ia membiarkan pembalap KTM, Pedro Acosta untuk menyalipnya.

Dengan mengikuti slipstream Acosta, Marquez berhasil meningkatkan suhu dan tekanan ban depannya, lalu dengan tenang merebut kembali keunggulan dan memenangkan balapan tersebut.

Strategi cerdas ini juga pernah dilakukan Marquez di Grand Prix Thailand di Buriram, di mana Ia membiarkan adiknya, Alex Marquez untuk menyalip sebelum kembali merebut posisinya.

Namun, strategi ini tidak selalu berhasil.

Insiden Motor Jack Miller Berasap, Pembalap KTM Dihukum karena Pelanggaran Aturan di MotoGP Austria 2025

Pengalaman di Qatar dengan Maverick Vinales menunjukkan kegagalannya, Marquez kehilangan posisi dan tidak bisa merebutnya kembali, yang berujung pada penalti pasca balapan karena tekanan ban motornya tetap rendah.

Masalah ini juga dialami pembalap lain.

Rekan setim dari Marquez yaitu Francesco Bagnaia, menjadi korban di Brno akibat kerusakan dasbor.

Bagnaia secara keliru meyakini Ia berada di bawah batas minimum, sehingga secara sukarela membiarkan beberapa pembalap lewat dan turun dari posisi kedua ke posisi ketujuh.

Setelah balapan, barulah diketahui bahwa Ia sebenarnya sudah aman dari ambang batas sepanjang waktu.

Kejadian ini menjadi bukti betapa sensitifnya peraturan ini dan bagaimana kesalahpahaman bisa sangat merugikan.

Usulan Marquez: Mengurangi Bobot Penalti

Meskipun Ia setuju dengan keberadaan aturan tersebut, Marquez berpendapat bahwa penalti tekanan ban MotoGP saat ini tidak masuk akal.

Ia secara spesifik mengusulkan agar hukuman dikurangi menjadi setengahnya.

“Bagi saya, kurangi penaltinya menjadi setengahnya, misalnya 4 detik untuk Sprint dan 8 detik untuk balapan panjang, Itu akan lebih masuk akal,” kata Marquez.

Usulan ini sangat kontras dengan sanksi yang berlaku saat ini, dimana +8 detik untuk balapan Sprint (jika gagal memenuhi 30% putaran) dan +16 detik untuk Grand Prix (jika gagal memenuhi 60% putaran).

Marquez menjelaskan bahwa besaran penalti saat ini sangat memberatkan dan hampir tidak mungkin bagi pembalap untuk membangun margin kemenangan yang cukup untuk mengatasinya.

Ia menekankan, “Dalam Sprint Race, Anda tidak bisa melakukannya, Anda tidak bisa memperlebar jarak delapan detik.”

Namun, hal tersebut juga menyoroti risiko dari usulan ini.

Pengurangan penalti bisa jadi mendorong lebih banyak pembalap untuk sengaja balapan di bawah batas aman, yang justru bertentangan dengan tujuan awal peraturan ini.

Sebagai alternatif, Michelin sebagai pemasok ban utama, terbuka untuk menerapkan penalti di tengah balapan untuk menghindari keputusan pasca balapan yang kontroversial.

Pada akhirnya, ini bukan hanya persoalan teknis masalah ban MotoGP saja, melainkan juga soal keadilan dan semangat balapan itu sendiri, yang terus memicu perdebatan di paddock.