BIKERSEXPERT.COM – Carl Fogarty kritik aturan MotoGP 2025 dengan sangat keras.
Legenda balap asal Inggris ini melontarkan kecaman pedas terhadap regulasi tekanan ban MotoGP yang baru, Carl Fogarty menganggap aturan ini adalah sebagai sebuah lelucon yang merusak esensi dari balapan.
Kontroversi ini memuncak dan menjadi perbincangan hangat, terutama setelah serangkaian insiden pada Grand Prix Ceko di sirkuit Brno yang menyoroti betapa problematiknya aturan kontroversial MotoGP ini.
Fogarty, yang dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, tidak ragu untuk mengungkapkan kekecewaannya, menambah daftar panjang kritikus yang khawatir akan dampak regulasi MotoGP ini terhadap jalannya kompetisi di lintasan.
Aturan Tekanan Ban MotoGP: Pemicu Drama dan Kritik Pedas
Aturan tekanan ban MotoGP yang baru mengharuskan pembalap menjaga tekanan ban depan di atas 1,8 bar selama setidaknya 30% dari durasi balapan sprint dan 50% untuk balapan Grand Prix penuh.
Pelanggaran terhadap regulasi ini akan berujung pada penalti waktu yang signifikan, sebuah ancaman besar bagi peluang pembalap di podium.
Kontroversi ini kian panas setelah beberapa kejadian di Grand Prix Ceko 2025 yang membuat banyak pihak geleng-geleng kepala.
Salah satu insiden yang paling mencolok adalah insiden yang melibatkan Marc Marquez dari tim pabrikan Ducati.
Dalam balapan sprint, Marquez terpaksa memperlambat lajunya lebih dari tiga detik dan menyerahkan posisi terdepan kepada Pedro Acosta dari KTM.
Alasannya? Untuk mengembalikan tekanan ban depannya agar berada di atas batas minimal.
Meskipun akhirnya Marquez berhasil merebut kembali kemenangan di lap terakhir dan terhindar dari penalti setelah investigasi, kejadian ini secara jelas menyoroti absurditas dan potensi bahaya dari regulasi ban MotoGP ini.
Tidak hanya Marquez yang terlibat pada aturan, rekan setimnya yakni Francesco Bagnaia, juga mengalami masalah serupa.
Bagnaia sempat turun dari posisi kedua ke posisi ketujuh karena peringatan tekanan ban rendah di dashboard-nya.
Namun, analisis setelah balapan menunjukkan bahwa Ia tidak pernah berada di bawah batas minimum, peringatan itu hanyalah kesalahan sistem.
Insiden-insiden ini tidak hanya mengganggu strategi balap tetapi juga memicu kontroversi MotoGP yang hebat di antara tim, pembalap dan para penggemar.
Carl Fogarty Kritik Aturan MotoGP: Suara Lantang Melawan Teknologi Berlebihan
Carl Fogarty seorang juara World Superbike empat kali yang legendaris, adalah salah satu suara paling vokal yang melancarkan kritik Carl Fogarty terhadap regulasi ini.
Melalui media sosialnya, Fogarty dengan tegas menyatakan, “Aturan tekanan ban ini adalah lelucon sialan!!!! Siapa peduli berapa tekanan ban yang Anda gunakan?!!!”
Pernyataan keras ini mencerminkan frustrasinya terhadap campur tangan teknologi yang dirasakannya berlebihan dalam balapan modern.
Fogarty memang seringkali menjadi pengkritik teknologi di MotoGP, sebelumnya Ia pernah menyatakan bahwa motor-motor modern terasa sama saja dan teknologi justru mengurangi peran skill pembalap, mirip dengan apa yang terjadi di Formula 1.
Bagi Fogarty, aturan kontroversial MotoGP seperti ini mengikis elemen murni dari balapan, yaitu duel rider-to-rider murni tanpa gangguan variabel teknis yang tidak relevan dengan kecepatan dan kemampuan pembalap.
Ia percaya bahwa regulasi semacam ini tidak hanya menciptakan drama yang tidak perlu, tetapi juga berpotensi membahayakan pembalap dengan memaksa mereka untuk memikirkan angka di layar daripada fokus penuh pada balapan.
Kontroversi MotoGP ini menunjukkan adanya kesenjangan pandangan antara pihak penyelenggara yang ingin menjaga keselamatan dan regulasi, dengan pandangan para legenda balap dan sebagian penggemar yang ingin melihat balapan yang lebih murni dan dramatis tanpa intervensi yang berlebihan.
Pada akhirnya, Carl Fogarty mengkritik aturan ini sebagai ancaman terhadap esensi balapan.
Regulasi ban MotoGP ini terus menjadi perdebatan sengit di antara pembalap, tim dan penggemar, yang mempertanyakan apakah keamanan dan kesetaraan harus dibayar dengan mengorbankan sportivitas dan kegembiraan balapan yang sesungguhnya.
Debat ini bukan sekadar friksi sesaat, melainkan cerminan dari pergulatan MotoGP dalam menyeimbangkan inovasi teknis dengan semangat balapan yang sejati.
Para penggemar dan legenda seperti Fogarty berharap ada solusi yang tidak mengorbankan keseruan dan keadilan di lintasan, memastikan MotoGP tetap menjadi tontonan yang mendebarkan dan mengedepankan kemampuan murni pembalap.